"Istri yang cerewet"
"Ibu yang cerewet"
Gak baik kesannya?
Tapi kalau untuk mengukur baik tidaknya seorang perempuan dari kadar cerewetnya kayaknya ini rumit juga.
Mengingat justru kata "cerewet" dan "peduli" bagi perempuan seringkali berkaitan.
Ibu yang peduli akan kehormatan anak perempuannya pasti cerewet bila anaknya sering kelayapan.
Istri yang peduli akan kesehatan suaminya pasti cerewet bila ia tak berhenti merokok.
Kecuali......
Setelah nanti cepat ditinggal mati, ni istri dari awal niatnya emang pengen cepat kawin lain.
( Maka, para suami patut waspada bila istrinya gak cerewet saat anda merokok)
Demikian juga para anak,
Kalau mamak kalian gak cerewet kalau kalian pacaran, harus curiga.
Nah, yang pacaran juga gitu.
Kalau gak saling merepeti satu sama lain saat pacaran, kalian harus curiga. Jangan-jangan sebenarnya kalian gak cinta satu sama lain, buktinya tetap "pacaran" tapi gak peduli itu mendekati zina.
Makanya, saran kakak dek kan, merepet lah kau banyak-banyak sama pacarmu. Itu bukti cinta. Tar kalau udah putus, kasih tau sini, biar nanti kakak ketawa
Karena, menahan diri untuk tidak merepet bukan hal sulit kalau kita tak peduli. Justru kita patut siaga 4 kalau orang berhenti merepeti kebiasaan buruk kita, mungkin dia sudah angkat bendera putih dengan tulisan "die die you over there" (acehnese style)
Atau contoh kasus lain.
Lihatlah para guru TK, hampir tidak pernah mereka merepeti anak-anak di sekolah. Tutur katanya lembut terhadap anak kita. Tapi saya yakin normalnya mereka pasti merepet juga dirumah dengan anaknya, tak selembut disekolah.
Tapi jangan ragukan cintanya kepada anaknya, sekalipun ia lebih sering merepeti anaknya sendiri dirumah, daripada anak orang lain disekolah
Inilah yang saya maksud tak bisa mengukur sayang dari repetan. Itu conditional.
Jadi beruntunglah para suami yang dirumahnya selalu terdengar senandung cerewetan dari istrinya. Kalau sudah lama tak kalian dengar dia merepet, tanyakanlah sesekali "Adinda, sudahkah kau merepet hari ini?"
Kalau dijawab dengan senyuman atau cubitan manjah, berarti repetan selama ini hanya kamuflase semata
Namun bila dijawab dengan lemparan sapu atau panci, berarti memang begitu orangnya, dan memang begitu takdir anda.
Komentar
Posting Komentar