Pantas rasanya memasukkan Coco (2017) kedalam salah satu film animasi berkualitas yang layak ditonton. Menurut saya, film tersebut mampu mengajarkan nilai kekeluargaan, budaya, perjuangan meraih keinginan, menjadi satu kisah yang dikombinasikan dengan sangat menarik.
Bagi yang belum menonton film ini,
Coco merupakan seorang anak kecil yang mendapat kutukan di hari perayaan kematian "Dia de los Muertos"
Di hari itu, orang-orang Meksiko berdoa dan berkumpul dengan keluarga untuk mengenang leluhur mereka yang sudah meninggal.
Para keluarga akan memajang foto leluhur, makanan kesukaan dan benda-benda favorit di sebuah ofrenda atau altar yang ada di rumahnya.
Coco merupakan seorang anak kecil yang mendapat kutukan di hari perayaan kematian "Dia de los Muertos"
Di hari itu, orang-orang Meksiko berdoa dan berkumpul dengan keluarga untuk mengenang leluhur mereka yang sudah meninggal.
Para keluarga akan memajang foto leluhur, makanan kesukaan dan benda-benda favorit di sebuah ofrenda atau altar yang ada di rumahnya.
Dan Coco dengan lancangnya membuat murka keluarga besarnya, merusak hingga mencuri benda di Ofrenda akibat kekesalannya karena dilarang bermusik. Hingga ia kena kutukan terjebak di dimensi dimana para arwah hidup, sampai syarat pencabutan kutukannya terpenuhi. Selama disana ia bertemu dengan semua keluarga orang tuanya yang sudah meninggal, tak terkecuali kakeknya. Film nya lucu sekaligus menegangkan.
Jadi singkatnya di dimensi tersebut semua orang meninggal akan miliki kelanjutan hidup di sana. Baik tidaknya nasib arwah dikehidupan itu tergantung kepada seberapa baik kekuatan memori orang yang masih mengenangnya didunia, seberapa baik keluarga yang masih hidup memuliakan mereka yang sudah meninggal.
Itu apa yang saya tangkap dari keyakinan tentang "kehidupan setelah kematian" dalam budaya Dia de los Muertos, versi film Coco.
Itu apa yang saya tangkap dari keyakinan tentang "kehidupan setelah kematian" dalam budaya Dia de los Muertos, versi film Coco.
"Asik juga" pikir saya. Jika setelah kematian kita bisa bertemu lagi dengan orang-orang yang sudah lebih awal 'pulang'. Terus auto bayangin Sali digendong kakeknya disana.Tapi sayangnya cuma di film. ☺️
Di Islam tidak berkisah demikian. Putri kami walau tak bersama Ayah saya, insyaaallah dia bersama Ayahnya Nabi Ismail, Ayahnya para Anbiya. Di tempat terbaik ☺️
Terbayang pula bila seperti kisah Mama Coco yang hampir menjadi orang terakhir yang mengenang ayahnya yang sudah lama meninggal. Bila itu terjadi, tamatlah nasib ayahnya di dimensi sana. Lenyap dalam ketiadaan. Terputus dengan siapapun. Tidak ada lagi yang mengenang arwahnya, tidak ada lagi yang mendoakan pasca ia terlupakan.
Ternyata tak asik juga.
Karena "dilupakan manusia" adalah sebuah keniscayaan. Normalnya manusia hanya mengingat paling banyak 3 generasi diatasnya. Setelah itu sudah pasti tamat nasib kita kalau ceritanya kalau di film Coco; karena cicit kita yang masih didunia gak ingat lagi mendoakan buyutnya.
Ternyata tak asik juga.
Karena "dilupakan manusia" adalah sebuah keniscayaan. Normalnya manusia hanya mengingat paling banyak 3 generasi diatasnya. Setelah itu sudah pasti tamat nasib kita kalau ceritanya kalau di film Coco; karena cicit kita yang masih didunia gak ingat lagi mendoakan buyutnya.
Syukurlah di keyakinan kita, ada bekal Jariyah yang tak akan terputus sekalipun kita meninggal sudah sekian abad lamanya. Ya, kita punya 3: anak yang saleh, sedekah, dan ilmu yang bermanfaat.
Yang pertama mungkin ada batas waktunya. Namun dua dan tiga itu amat panjang pertolongannya untuk kita selama menanti di alam barzakh sana. Tanpa perlu takut, orang didunia lupa untuk mendoakan.
Yang pertama mungkin ada batas waktunya. Namun dua dan tiga itu amat panjang pertolongannya untuk kita selama menanti di alam barzakh sana. Tanpa perlu takut, orang didunia lupa untuk mendoakan.
Akhirnya paham akan kesalahan diri ini, saya yang usai shalat, jarang memprioritaskan sebuah lafal doa.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات
Menganggap minta "ampunan buat seluruh kaum muslimin dan kaum muslimat, kaum mukminin dan kaum mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal" itu berlebihan bila mengingat dosa saya sendiri sudah cukup banyak, minta ampun pula buat orang lain sebanyak itu. Memangnya akan sampai manfaatnya? Untuk siapa saja?
Padahal, kalau tak bermanfaat, tak kan mungkin Rasul mencontohkan beberapa doa serupa untuk kita. ☺️
Beruntungnya orang islam, saat hidup didoakan, sudah matipun didoakan.
Doa diatas agaknya mengandung pesan agar sama muslim tidak boleh melupakan muslim lainnya, sekalipun sudah terpisah puluhan abad lamanya, dalam kehidupan yang berbeda pula. Apalagi untuk mengingat yang masih hidup, seharusnya.
Doa diatas agaknya mengandung pesan agar sama muslim tidak boleh melupakan muslim lainnya, sekalipun sudah terpisah puluhan abad lamanya, dalam kehidupan yang berbeda pula. Apalagi untuk mengingat yang masih hidup, seharusnya.
Kita masih bisa menabur manfaat buat orang lain; kita untuk mereka, mereka untuk kita.
Iya, kita akan mendapatkan pahala kebaikan sebanyak jumlah mereka yang tidak terhitung banyaknya. Bisakah kita menghitung jumlah kaum mukminin dan mukminat dari zaman Nabi Adam hingga sekarang?
Iya, kita akan mendapatkan pahala kebaikan sebanyak jumlah mereka yang tidak terhitung banyaknya. Bisakah kita menghitung jumlah kaum mukminin dan mukminat dari zaman Nabi Adam hingga sekarang?
Cuma, umatnya saja tak mau mebiasakan doa ini. Padahal kelak kita juga akan mati, dan berharap didoakan juga.
Maka hari ini, sudahkah anda mendokan sesama muslim yang masih hidup dan yang sudah tak lagi?
Karena tak perlu setahun sekali di atas Ofrenda, kita bisa melakukannya setiap hari, bahkan 5x sehari. ☺️
Maka hari ini, sudahkah anda mendokan sesama muslim yang masih hidup dan yang sudah tak lagi?
Karena tak perlu setahun sekali di atas Ofrenda, kita bisa melakukannya setiap hari, bahkan 5x sehari. ☺️
Komentar
Posting Komentar